Jumat, 15 Januari 2010

Laporan Titrasi Iodimetri

A. PENDAHULUAN

1. TUJUAN PERCOBAAN
a. Dapat melakukan pembakuan I2
b. Dapat melakukan pembakuan sekunder Na2S2O3
C. Dapat menetapkan kadar sample vitamin C

2. DASAR TEORI
Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.
Reduktor+ I2 →2I-
Na2S2O3+ I2 →NaI+Na2S4O6
Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang rendah dapat direksikan secara sempurna dalam suasana asam. Adapun indikator yang digunakan dalam metode ini adalah indikator kanji.
Dalam menggunakan metode iodometrik kita menggunakan indikator kanji dimana warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin–kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitiv untuk iodine.
Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksid yang kuat dapat dianalisis dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksid yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titrannya.
Iodimetri dan Iodometri adalah metode penentuan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2, yang bereaksi dengan cuplikan atau terbentuk oleh cuplikan kalau direaksikan dengan ion I-. Jadi dasar reaksi yang digunakan pada Iodimetri dan iodometri adalah
I2 + 2e- 2I Pada Iodimetri, dasar penentuan jumlah/ kadar ion atau unsure tertentu dalam cuplikan adalah jumlah I2 yang dapat direduksinya. Jadi pada iodimetri, larutan bakunya adalah larutan I2 Kesetimbangan reaksi tersebut diatas dapat berjalan baik ke kanan maupun ke kiri. Pada reaksi 1 I2 bekerja/ bertindak sebagai oksidator, sedangkan pada reaksi 2 I2 bertindak sebagai reduktor.

2. PRINSIP
Penetapan secara kuantitatif zat-zat yang dapat tereduksi / tereduksi berdasarkan pada reaksi redoks
3. PERSAMAAN REAKSI
Reduktor+ I2 →2I-
Na2S2O3+ I2 →NaI+Na2S4O6
B. PROSEDUR
1. Pembakuan I2


Titrasi cepat cepat




2. Pembakuan Larutan baku sekunder Na2S2O3 0,1 N









3. Penetapan kadar Vitamin C






C. DATA DAN PERHITUNGAN
1. Pembakuan I2
Volume I2 Volume Na2S2O3
10 ml 9,50

Rata-rata 9,50

Kadar I2 V1 . N1 = V2 . N2
10 . 0,1 = 9,50 . N2
N2 = 0,10 N
2. Pembakuan Larutan Na2S2O3
Volume K2Cr2O7 Volume Na2S2O7
100 mg 20,30

Rata-rata 20,30
Kadar Larutan Na2S2O7 = m gram K2Cr2O7
BE K2Cr2O7 x V titrasi

= 100
49,05 X 20,3
= 0,10 N
3. Penetapan kadar vitamin C
Volume sample Volume I2
10ml 5,40
10ml 5,40
10ml 4,30
Rata-rata 5,33

Kadar Vitamin C V1 . N1 = V2 . N2
10 . N1 = 5,33 . 0,1
N1 = 0,053 N

D. PEMBAHASAN
Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.
Baik pada iodimetri maupun iodometri, titrasinya selalu berkaitan dengan I2. meskipun warna I2 (bentuk teroksidasi) berbeda dengan warna I- (bentuk tereduksi), secara teoritis untuk titrasi ini tidak memerlukan indikator, tapi karena warnanya, dalam keadaan encer, sangat “lemah’, maka pada titrasi ini diperlukan indikator. Indikator yang digunakan adalah larutan kanji (amilum). Kanji atau amilum dengan I2 akan bereaksi dan reaksinya adalah reaksi yang dapat balik :
I2 + amilum kompleks iod-amilum Kompleks iod-amilum ini adalah senyawa yang agak sukar larut dalam air sehingga kalau pada reaksi ini I2 tinggi, kesetimbangan akan terletak jauh di sebelah kanan, kompleks iod-amilum yang terbentuk banyak, akan terjadi endapan. Akibatnya kalau pada titrasi I2 “hilang” karena tereduksi, kesetimbangannya tidak segera kembali bergeser ke arah kiri, warna kompleks iod-amilum agak sukar hilang.
Adapun Dari hasil percobaan titrasi iodometri terdapat kesalahan sebesar 1,8 %. Factor yang mempengaruhinya yaitu
a) Oksidasi dari Iodida dalam keadaan asam oleh O2 dari udara
4 I- + O2 + 4 H+ I2 + 2 H2O
Oksidasi ini berjalan lambat dalam keadaan netral, tetapi apabila keadaan asam bertambah, maka akan lebih cepat. Sinar mataharipun dapat mempercepat reaksi itu, oleh karena itu ion-ion Iodida yang diasamkan/tidak diasamkan harus segera dititrasi.
b) Kecepatan menguap dari Iodium
Agar penguapan larut Iodium tidak begitu besar, maka larutan itu seharus dibubuhi KI hingga berlebih (Konsentrasi I- minimal 4 %), dimana Iodida yang ditambahkan itu mengikat molekulmolekul Iodium menjadi ion triiodida Karena reaksi ini bolak balik maka suatu larutan tri iodida pada reaksI-reaksi kimia bereaksi sebagai Iodium murni
Tetapi pada prakteknya tidak ditambahkan KI dan pada saat titarsi Erlenmeyer tidak di tutup kemungkinan iodium menguap yang dapat mempengaruhi titik akhir titrasi menjadi terlalu mencolok, yang seharunya berwarna biru. Pada percobaan kali ini terdapat kesalahan 1,8% kemungkinan kesalahan ini terjadi akibat kurang telitinya praktikan pada saat titrasi.



E. REFERENSI
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/iodometri

1 komentar: