Jumat, 15 Januari 2010

Laporan Titrasi Iodometri

A. PENDAHULUAN

1. TUJUAN PERCOBAAN
a. Dapat melakukan pembakuan sekunder Na2S2O3
b. Dapat menetapkan kadar sample Cu2+

2. DASAR TEORI
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Bassett, 1994).
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama (Day & Underwood, 1981)
Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium thiosulfat dan dianjurkan apabila thiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga. Potensial standar pasangan Cu(II) – Cu(I), Cu2+ + e ? Cu+ Eo= +0.15 V (Day & Underwood, 1981).
Karena harga E° iodium berada pada daerah pertengahan maka sistem iodium dapat digunakan untuk oksidator maupun reduktor. I2 adalah oksidator lemah sedangkan iodida secara relatif merupakan reduktor lemah. Jika Eo tidak bergantung pada pH (pH < eo=" 0.535" eo=" 6.21" eo=" +" ph =" 5,0">
Dalam menggunakan metode iodometrik kita menggunakan indikator kanji dimana warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin–kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitiv untuk iodine.
Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksid yang kuat dapat dianalisis dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksid yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titrannya.

2. PRINSIP
Penetapan secara kuantitatif zat-zat yang dapat tereduksi / tereduksi berdasarkan pada reaksi redoks
3. PERSAMAAN REAKSI
Reduktor+ I2 →2I-
Na2S2O3+ I2 →NaI+Na2S4O6

B. PROSEDUR
1. Pembakuan Larutan baku sekunder Na2S2O3 0,1 N















2. Penetapan kadar sample Cu2+




















C. DATA dan PERHITUNGAN
1. Pembakuan Larutan Na2S2O3
Volume K2Cr2O7 Volume Na2S2O7
100 mg 19,10
19,80
Rata-rata 19,45

Kadar Larutan Na2S2O3 = m gram K2Cr2O7
BE K2Cr2O7 x V titrasi
= 0,1
49,05 X 19,45
= 0,10 N

2. Penetapan kadar Cu2+
Volume sample Volume I2
10ml 4,0
10ml 3,0
10ml 4,0
Rata-rata 3,67



Kadar Cu2+ = V titrasi x N titrasi Na2S2O3
V sampel
= 3,67 x 0,10
10 ml
= 0,0367

D. PEMBAHASAN
1. Normalitas H2SO4 terlalau pekat seharusnya normalitas H2SO4 yaitu 6 N sehingga menyebabkan warna zat yang dititrasi menjadi hitam kecoklatan
2. Penetapan kadar sampel dilakukan perkelompok bukan perindividu dikarenakan jumlah KI yang terbatas dan untuk mengefiseinsikan waktu
3. ketika penambahan amilum kemudian di titrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1 N warna yang terbentuk yaitu ungu bukan biru dan setelah dititrasi warnanayapun menjadi kehijauan
4. Setelah ditambahkan 20 ml larutan KCNS 20% warna yang terbentuk / terjadi adalah putih

E. REFERENSI
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/iodometri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar